MENGULIK JAJANAN TRADISIONAL “KEMBANG WARU” KHAS KOTAGEDE YOGYAKARTA
Apakah kalian pernah berkunjung ke Kotagede
Yogyakarta? Pernahkan kalian mendengar tentang jajanan tradisional kembang
waru? Selain kipo, Kotagede juga punya beberapa jajanan tradisional lainnya,
loh! Salah satunya adalah roti kembang waru. Seperti apa roti kembang waru itu?
Kita bahas sama-sama, yuk!
Roti Kembang Waru
Daerah Kotagede tidak hanya terkenal sebagai pusat
kerajinan perak, namun juga memiliki berbagai peninggalan kuliner tradisional
yang sudah ada sejak zaman dahulu. Salah satunya yaitu Roti kembang waru. Roti
kembang waru merupakan makanan tradisional khas Kotagede yang memiliki
karakteristik yang mirip dengan kue bolu. Roti kembang waru berbentuk seperti
bunga dengan delapan kelopak. Memiliki aroma dan rasa yang manis dengan tekstur
yang empuk seperti bolu pada umumnya. Roti kembang waru merupakan salah satu
jenis roti basah yang proses pembuatannya dipanggang. Roti kembang waru ini
sudah ada sejak zaman dahulu dan hingga saat ini dapat kita temukan di pasar
tradisional, khususnya Pasar Lawas Kotagede.
Sejarah Roti Kembang Waru
Kue kembang waru telah menjadi ciri khas Kotagede.
Pada zaman dahulu, wilayah Kotagede merupakan kawasan Kerajaan Mataram. Salah
satu jamuan khas Kerajaan Mataram pada masa itu ialah roti kembang waru. Roti
kembang waru sendiri terinspirasi dari bunga pohon waru yang pada zaman dahulu
banyak ditemukan di sekeliling Pasar Kotagede. Pada saat itu salah satu kerabat
keraton membuat kue dengan bentuk menyerupai kembang atau bunga dari pohon waru
tersebut, dan hingga sekarang kue tersebut dinamakan roti kembang waru.
Pada zaman dahulu roti kembang waru hanya disajikan di Kerajaan Mataram sebagai jamuan. Namun hingga saat ini, roti kembang waru biasanya dijadikan oleh masyarakat sebagai jamuan perayaaan seperti misalnya pernikahan, syukuran, mitoni, selapanan, dan lain sebagainya. Seiring berjalannya waktu, roti kembang waru ini semakin terjangkau dan dapat dinikmati oleh semua kalangan. Meskipun bukan lagi makanan khusus untuk Raja, roti kembang waru masih menjadi primadona dalam perayaan khusus.
Makna Filosofis Roti Kembang Waru
Roti kembang waru tidak hanya sekedar makanan khas
tradisional, tetapi juga memiliki nilai filosofis yang terkandung di dalamnya.
Bentuk roti kembang waru yang memiliki delapan kelopak bunga memiliki nilai
bahwa seperti nasehat para pendahulu mengenai delapan jalan utama atau Hastabrata.
Hasta sendiri dalam Bahasa Jawa
berarti angka delapan dan Brata yang
memiliki arti perilaku atau tindakan pengendalian diri.
Hastabrata melambangkan kepemimpinan dalam delapan
unsur alam yaitu bumi, matahari, api, samudra, langit, angin, bulan, dan
bintang. Tiap unsur dari Hastabrata tersebut memiliki arti yang menggambarkan
karakteristik ideal dari seorang pemimpin. Unsur bumi yang memiliki arti bahwa
seperti bumi yang menyediakan kebutuhan dasar makhluk hidup, seorang pemimpin
harus mampu untuk memberi dan kokoh. Memberi tanpa pamrih pada masyarakat yang
ia ayomi dan menjadi tempat pertama yang dapat diandalkan. Unsur matahari yang
memiliki arti bahwa seorang pemimpin senantiasa memberi energi layaknya
matahari, energi berupa visi, tujuan, dan alasan untuk setiap tindak
keputusannya. Unsur api yang memiliki makna bahwa pemimpin harus memiliki sifat
yang berani dan yakin untuk ‘menghancurkan’ masalah-masalah yang timbul di
kemudian hari. Sifat api yang spontan namun stabil mencerminkan keberanian dan
keyakinan kuat. Selain itu sifat api juga mereprentasikan ketegasan dalam
pengelolaan serta keberanian dalam mengambil keputusan. Unsur samudra, yang
bermakna bahwa samudra yang merupakan hilir dari semua sungai, samudera
menerima air dari sungai manapun entah itu kotor atau bersih. Seperti samudra,
pemimpin adalah sosok yang membuka mata dan pikiran secara luas. Menerima
pendapat dari sekitar sebagai tanda respect
atau menghargai pada orang lain. Unsur langit, yang melambangkan luasnya ilmu
pengetahuan. Langit adalah cakrawala. Sosok pemimpin yang memiliki kompetensi,
kemampuan, dan kecakapan yang dapat diajarkan pada orang lain. Unsur angin,
yang memiliki makna bahwa seorang pemimpin merupakan seorang yang keberadaannya
dan pengaruhnya bisa dirasakan oleh sekitarnya. Keberadaan pemimpin bukanlah
simbol adanya kekuasaan, melainkan orang yang terjun menghadapi masalah dan
peduli terhadap kondisi yang dihadapi. Unsur bulan, yang menggambarkan bahwa
seorang pemimpin harus menjadi sosok yang memberikan kedamaian pada sekitarnya.
Rasa damai yang nyaman dan memberikan harapan bagi sekitarnya ketika kondisi
memberikan keputusasaan. Dan yang terakhir adalah unsur bintang, yang merupakan
unsur alam paling indah yang dapat dilihat ketika malam. Memberikan arah mata angin
pada mereka yang membutuhkan. Memiliki makna bahwa seorang pemimpin harus mampu
untuk menjadi pengarah dan pedoman bagi lingkungannya. Menjadi pengarah yang
berarti menjadi sebuah inspirasi bagi yang lain, memiliki satu prinsip dasar
yang menjadi ruh pada kepemimpinannya.
Hastabrata merupakan filosofi kepemimpinn yang
kompleks dan kental akan unsur Jawa sebagai satu konsep kepemimpinan. Dengan
kedelapan unsur ataupun sifat di atas, pemimpin dengan delapan karakteristik
Hastabrata merupakan ciri kepemimpinan yang paling ideal. Delapan nilai
tersebut menjadi kunci keseimbangan dan harmonisasi antara jagad gede dan jagad cilik.
Proses Pembuatan Roti Kembang Waru
Sama seperti bolu pada umumnya, roti kembang waru
terbuat dari tepung terigu, gula pasir, telur ayam, mentega, dan bahan tambahan
seperti pengembang, susu, dan vanilli. Pada zaman dahulu, roti kembang waru
menggunakan telur ayam kampung dan tepung ketan pada proses pembuatannya, namun
seiring berjalannya waktu karena pada zaman sekarang tepung terigu sangat mudah
didapatkan dan harganya terjangkau, maka saat ini roti kembang waru menggunakan
tepung terigu sebagai bahan dasar pembuatannya.
Proses pembuatannya dimulai dengan proses pengocokan
telur dengan gula pasir hingga mengembang dan pucat. Setelah itu ditambahkan
tepung terigu, vanili, mentega cair, dan susu. Selain untuk menambahkan aroma
yang enak, susu juga ditambahkan agar roti kembang waru memiliki warna keemasan
yang lebih cantik. Setelah semua bahan tercampur rata, adonan kemudian
dimasukkan ke dalam cetakan khusus berbentuk kembang atau bunga yang berkelopak
delapan. Cetakan tersebut harus dioles mentega agar roti kembang waru tidak
lengket dan mudah dilepaskan ketika matang.
Penggunaan arangnya pun juga perlu diperhatikan,
arang yang digunakan harus menggunakan arang yang berkualitas baik agar panas
yang dihasilkan stabil, sehingga roti kembang waru dapat terpanggang dengan
baik dan menghasilkan roti yang mengembang empuk, dan berwarna cantik.
Setelah berwarna keemasan, roti kembang waru
kemudian dikeluarkan dari oven dan didinginkan sebelum dikeluarkan dari
cetakan. Proses pengeluaran roti dari cetakkan dilakukan saat roti sudah tidak
terlalu panas agar bentuk roti yang dihasilkan mulus dan cantik. Setelah itu,
roti kembang waru akan dikemas menggunakan plastik dan siap untuk dipasarkan.
Bagaimana? Menarik bukan? Sebagai masyarakat
Indonesia, sudah sepantasnya kita mengenal dan melestarikan peninggalan
kebudayaan yang kita miliki, termasuk kuliner tradisional. Kuliner merupakan
salah satu bentuk kebudayaan yang melekat dengan kehidupan masyarakat sejak
zaman dahulu. Dari kuliner suatu daerah, kita bisa mengetahui sejarah, cerita,
makna, dan budaya yang terkandung dibaliknya. Bukan hanya sebuah makanan yang
memanjakan lidah, namun kuliner juga merupakan bentuk kebudayaan yang lahir
dari keadaan dan kebiasaan masyarakat yang hidup di daerah tersebut. Mari jaga,
cintai, dan lestarikan makanan tradisional kita!
Jika kalian tertarik untuk mencoba, kalian bisa berkunjung ke Kotagede langsung atau memesan via telepon di sini:
👉Roti Kembang Waru Pak Bas
Alamat: Bumen RT 23/06 KGIII/452, Purbayan, Kec. Kotagede, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55153
No. Telepon: 0878-3995-5010
Buka pukul 08.00-21.00
Tonton juga video tentang kembang waru di sini atau di sini ya~
Komentar
Posting Komentar